Saturday, December 26, 2009


SANG PEMIMPI The MOVIE

Orang macem kite nih harus bisa bermimpi, kalo tak bermimpi kite kan mati”...(Arai)


inilah memang film yang sudah aq tunggu di Tahun 2009 , bahkan udah 2 kali nonton, dalam situasi dan kondisi berbeda, pertama saat primiere, kedua saat down,pada waktu priemiere bersamaku ada sekitar puluhan orang Belitong asli, dengan berbagai umur, yang kebetulan berada semarang, sengaja untuk nonton film ini sebagai wujud, kebanggaan dan apreasi cukup tinggi karena mengangkat daerahnya menjadi sebuah film,dan meskipun udah ku tonton film ini namun tetap tidak kan jemu dan tetap membuatku mengharu biru,karena banyak nilai filosofis yang di coba untuk di visualiasikan di film ini


sang pemimpi merupakan adaptasi dari sebuah novel yang berjudul sama karya Andrea Hirata, dan merupakan Sekuel dari Tetralogi Laskar Pelangi, film ini bercerita tentang Arai, Ikal, dan Jimbron, kala merantau melanjutkan SMA di Manggar ,bermimpi dan berusaha untuk dapat melanjutkan sekolah hingga Perancis, di tengah keterbatasan dimilikinya, cerita tersebut menjadi semakin menarik karena di bumbui oleh kisah khas remaja mengenai pencarian jadi diri, cinta, dan pubertas seperti kisah bagaimana Arai berusaha menundukan hati zakiyah nurmala, dan JImbron berusaha membuat tersenyum laksmi yang telah kehilangan senyumnya setelah kejadian pahit yang di alaminya

Riri Reza sang sutradara dan tim mampu mengadaptasi novel tersebut dengan sangat Baik, dengan mengubah alur cerita namun tak mempengaruhi inti crita di novel tersebut,plot dengan cukup lambat ,diselinggi haru,tawa & canda, serta nuansa budaya melayu yang kental dan syarat akan nilai-nilai moral & filosofis, menjadikan film ini menjadi cukup terpuji dan menjadi oase di tengah langkanya film indonesia yang lebih mementingkan aspek komersial dibanding nilai-nilai moral sehingga terjebak pada cerita berkisar misteri ,humor "saru", sensasional "dewasa"

dengan didukung aktor-aktor kawakan seperti Mathias Muchus,Lukman Sardi,Landung Simatupang, Yayu Amru, Rieke Diah Pitaloka, ditambah penampilan spesial Jay wijayanto, Nugie,dan Ariel dipadu dengan aktor Lokal Rendi Ahmad, Azwir firianto, Vikri Setiawan membuat film berdurasi 128 menit ini semakin berisi

secara umum film ini baik untuk di tonton apalagi bagi yang sedang down atau yang mencoba mencari jadidirinya, meski alur cukup lambat, dan beberapa gambar terkesan di ulangi, dan moment di novel yang aslinya cukup mengharu biru kurang maksimal di visualisasikan, serta potongan-potongan film yang agak sedikit melompat-lompat, mungkin akan menyebabkan bagi yang belum membaca novelnya akan kesulitan memahami maksud gambar tersebut, namun demikian film ini mampu merekontruksi novel dengan membuat visualisasi yang lebih mudah dicerna dan dipahami di padu nuansa kental budaya melayu, bahkan aq harus memberikan jempol kepada penampilan khusus Bang Zaitun yang di perankan Komposer handal Jay Wijayanto yang melantunkan rentak 106 (pak ketipung) dan Arai yang diperankan oleh Rendi Ahmad melalui lantunan Fatwa Pujangga ketika "menembak' Zakiyah Nurmala,sehingga tak salah apabila Andrea Hirata meski agak lebay, memuji film ini lebih baik dari novelnya, dan 3 kali lebih baik dari Laskar Pelangi

dan jujur film ini mampu kembali membuat membangkitkan semangat setelah sempat down sebentar, untuk tetap trus bermimpi dan trus bersemangat menjalani perjalanan hidup ini yang penuh liku dan tanjakan terjal, walau sesungguhnya mimpi tersebut telah pudar, namun harapan dan asa selalu ada tentunya seperti kata ikal "saya bersyukur karena memiliki keluarga dan teman-teman yang bisa memaafkan kesalahan dan slalu membantu untuk mewujudkan mimpi tersebut".

So Akhir kata, Indonesia perlu banyak memproduksi film semacam ini guna perbaikan mental & karakter serta mempertahankan budaya Indonesia yang sudah banyak tercerabut di tengah jaman globalisasi ini, jawabanya kembali berpulang kepada kita para penonton & para sineas,serta stake holder lainya.