Tuesday, February 10, 2009

BANJIR, OH NO......:(

Pernahka kita terjebak banjir dan bagaimana ekpresi apalagi hal tersebut dialami oleh kita, tanggal 8 februari 2008, selama hampir sepuluh tahun, melakukan perjalanan dari semarang-pekalongan PP, baru kali itu mengalaminya,

semenjak dari Jrakah sebenernya sudah di beri peringatan dari sebuah tulisan di atas drum yang bertuliskan *kendal banjir, Jakarta lewat Boja* dan diberi tanda arah, namun tetap kuterjang, dari pengetahuan dan pengalaman selama ini memang di jalur pantura ada beberapa daerah yang rawan banjir, yakni di dekat kali Bringin Mangkang, deket pom bensin Nolokerto Kaliwungu, kali Brangsong, dsb, namun biasanya masih dapat dilalui kendaraan bermotor karena tidak begitu dalam dan paling jaraknya 100 an meter,

namun segala perkiraan akhirnya termentahkan, meskipun semenjak arteri kaliwungu sudah terlihat kemacetan total, namun tetap ku ke terjang dengan harapan bisa bertemu ibunda tersayang :), betul banjir telah meluap ketika memasuki sungai Brangsong, dan satu sungai lagi, namun masih di terjang kendaraan bermotor masih bisa, namun ketika memasuki selamat datang kota Kendal keyakinanku mulai runtuh, banjir setinggi lutut telah menghadang, dan didepan banyak kendaraan bermotor berhenti, baik yang karena mesinnya mati, atau tidak berani menerjang,

setelah berpikir dan berhenti sejenak, akhirnya ku terjang juga banjir tersebut, meskipun akhirnya kendaraan bermotorpun mati mesinnya, sambil dituntun sekitar hampir 1 km, hingga hampir jembatan di dekat polres kendal, setelah berhasil menghidupkan mesin, dengan keyakinan yang penuh, bertekad untuk melalui banjir tersebut, namun setelah berjalan 5 m, keyakinanku semakin punah, karena di depan banjir setinggi pusar menghadang, dan apabila di paksakan kendaraan akan tenggelam dan mesinnya pasti mati,

akhirnya motor ku parkir dan menanti siapa tahu dalam waktu dekat akan surut,dalam situasi demikian timbul kembimbangan akankah dilanjutkan perjalanan tersbeut mengingat perjalanan masih jauh atau kembali ke semarang, dengan kembali menerjang banjir yang tadi sudah terlewati, setelah menunggu hampir 5 jam, akhirnya kuputuskan kembali semarang

ada beberapa ekpresi ketika orang (setidaknya orang yang disekitarku)terjebak banjir,
  1. panik, dalam kepanikan ada orang yang mual, ada orang yang putus asa hingga berhenti dan tidak bergerak sama sekali, ada yang overconfidence dengan menerjang banjir hingga kendaraan motor tenggelam dan mogok, bahkan ada yang masuk ke sungai, akibat lewat troatoar, padahal troatoar di indonesia banyak yang berlubang, bahkan ada juga yang menyewa perahu, songkro/gerobak, yang disewakan seharga 25-50ribuan
  2. Lebai, sebagaian dari mereka ada yang telepon keluarga, atau kekasihna, dengan mendramatisasi suasana, dengan mengatakan banjir setinggi dada,dsb
  3. dan masih banyak ekpresi lain yang muaranya antara takjub dan putus asa
tak ayal kejadian tersebut menyebabkan kemacetan berpuluh-puluh km, di salahsatu jalur terpadat di dunia, yakni Pantura, dan ratusan juta rupiah kerugian ekonomi terbayang di depan mata

semoga kejadian tersebut takkan berulang kembali, dan kita sadar akan lingkungan kita, sehingga kita turut menjaganya, maha besar Allah SWT yang telah menunjukan KuasaNya, sebagaimana ayat Qur'an

"Kerusakan telah nampak di darat dan di laut kerana tangan-tangan manusia sendiri mengusahakan, supaya Dia merasakan kepada mereka sebahagian daripada apa yang mereka buat, supaya mereka kembali." (30:41)


yang menjadi pertanyaan berikutnya, akankah kita masih peduli?

No comments: